WARTABUMIGORA. Lombok Barat - DI tengah pandemi Covid-19 yang berdampak pada perekonomian, banyak masyarakat yang mencari solusi. Hal itu pula yang dilakukan warga Dusun Menomang Desa Sekotong Timur Lombok Barat. Mereka mulai ramai-ramai menanam porang (Amorphophalus muelleri).
Di Desa Sekotong Timur khususnya di Dusun Menomang, Dusun Aikmual dan Dusun Aikmual Selatan dalam setahun terakhir ada sekitar 30 KK yang mulai bercocok tanam porang.
Kini ada sekitar 200 ribu batang porang yang ditanam tersebar di wilayah itu. Tak banyak memang, tapi sangat menjanjikan.
Maklum tanaman itu kini paling diburu dan sangat dicari. Terutama untuk keperluan industri yang diekspor ke Jepang dan Cina. Hal ini memunculkan potensi ekonomi yang menjanjikan. Bahkan tanaman porang telah melahirkan banyak orang kaya baru di Tanah Air.
Zaenudin (34) yang merintis dan memulai bercocok tanam porang pada setahun yang lalu.
Zaenudin sekaligus Kekadusan setempat tertarik dengan tanaman porang setelah mendengar banyak cerita dan mencari informasi lebih banyak lewat youtube. Ia tak menyangka kalau tanaman liar yang marak dibudidayakan tersebut banyak ditemukan di areal sekitar hutan mareje tak jauh dari kawasan tempat penanaman tersebut.
Porang banyak ditemukan diseputaran hutan mareje, tanaman porang yang tumbuh subur dan tak pernah diambil. Mungkin karena tidak banyak yang tahu.
“Tanaman porang memang mirip suweg atau iles. Bedanya, tanaman porang ada kataknya (ada buah tunggal di ketiak daun) atau buah bulbil. Kalau umbinya sih mirip,” ujar Zaenudin kepada Wartabumigora.id. Kamis (3/12/2020).
Semula Zaenudin leluasa berburu porang di areal hutan mareje. Tak hanya berburu umbinya, tetapi juga bunga dan buah kataknya.
Kemudian, sebagai bibit atau benih. Harganya pun cukup menjanjikan. Biji bunga yang siap bibit harganya sampai Rp 60 per kg, (rata-rata 5-6 umbi per kg).
Kini sudah banyak warga yang paham. Setiap hari ada saja warga yang menaman porang di kawasan tersebut. Mungkin di areal hutan mareje itu tanaman porang tumbuh bertahun-tahun sehingga ada warga yang mendapat umbi porang yang beratnya sampai 7 kg.
Warga yang berburu porang itu juga membawa pulang untuk ditanam di kebun sendiri.
" Kita memang kemarin ada pembeli dari luar pulau lombok namun dengan harga yang cukup murah. Makanya kita tidak jual dlu," ujar Zaenudin menanam porang di atas lahan 50 are.
Selain itu ia juga menjelaskan di halaman indah porang tumbuh seperti bunga. Uang pun dapat. Itu hanya di pekarangan. Coba kalau dikelola serius di kebun yang luasnya sampai satu hektare yang ditanami sekitar 40.000 tanam porang. Sekali panen (2 tahun) bisa menghasilkan Rp 400 juta dengan biaya produksi sekitar Rp 150 juta mencakup untuk benih, tenaga kerja, dan pupuk kompos. Jadi, memang menjanjikan,” kata dia.
Porang telah menjelma menjadi tanaman bernilai ekonomis tinggi yang banyak manfaat. Menurut Zaenudin setidaknya ada 25 produk olahan porang. Berupa tepung, chip (serpihan umbi porang yang sudah dikeringkan), pati, serat, pasta, dibuat aneka kue, mie, snack, kalogen, antikolesterol, surfaktan, bahan baku farmasi, kosmetik, pembalut, kompos, pakan, pasta lem pesawat dan banyak lagi bentuk olahan lainnya.
“Semuanya berupa bahan baku industry maupun usaha aneka pangan. Jadi umbi porang memang tidak bisa dijual ke pasar biasa, ada pasar khusus industri,” katanya.
Ditengah pandemic Covid-19 yang membuat ekonomi terguncang dan menganjurkan setiap orang tinggal di rumah, menurut Zaenudin, bercocok tanam porang bisa sebagai salah satu solusi untuk menambah penghasilan masyarakat karena ekonomi terguncang.
“Bercocok tanam porang tidak sulit. Tidak sesulit bercocok tanam cabai maupun padi. Tanamannya tidak rewel, tidak butuh biaya tinggi. Tak perlu kebun, di pekarangan juga bisa. Di polibag maupun di karung bekas juga bisa. Hasilnya cukup menjanjikan.
Terpisah Kepala Desa Sekotong Timur H. Ahmad mendukung kegiatan warganya. Menurut dia dengan berkembangnya petani porang di Sekotong Timur tentu didasari dengan akses pasar luar.
" Jika ada peluang pemasaran nya nanti, kenapa tidak kita dukung. Dan tentu kedepan nanti kita coba akan kolaborasi dengan BUMDes untuk menjadi inisiatornya, baik dari anggaran dana maupun pemasaran dan saat ini kita coba koordinasi dengan pemerintah daerah tentu bupati lombok barat," singkatnya. (ll).
0 Komentar