SPACE IKLAN

header ads

Intensitas Curah Hujan Mempengaruhi Hasil Panen Petani

Oleh: Fitri Jayanti.

Salah satu komponen lingkungan yang merupakan faktor penentu keberhasilan suatu usaha budidaya tanaman adalah iklim/cuaca. Interaksi antara iklim/cuaca sebagai faktor lingkungan dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kualitas tanaman. Faktor genetik berkaitan dengan karakteristik yang biasanya bersifat khas pada tanaman, seperti kondisi batang, bentuk bunga, bentuk daun dan sebagainya. Iklim perlu mendapat perhatian yang lebih serius mengingat pengaruhnya terhadap hampir semua aspek pertanian, sehingga sangat berperan terhadap perencanaan hujan.

Mengingat curah hujan merupakan unsur yang fiktualilasi tinggi dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan.

Jumlah curah hujan secara keseluruhan sangat penting dalam menentukan hasil, terlebih apabila ditambah dengan peningkatan suhu, peningkatan yang besar dapat menurunkan hasil.

Peningkatan curah hujan disuatu daerah berpotensi menimbulkan banjir, sebaliknya jika terjadi penurunan dari kondisi normalnya akan berpotensi terjadinya kekeringan.

Kedua hal tersebut tentuakan akan berdampak buruk terhadap metabolism tubuh dan berpotensi menurunkan produksi, hingga kegagalan panen.  jangka pendek maupun jangka panjang, terlebih lagi pada kondisi terjadinya perubahan iklim atau kejadian iklim ekstrim.

Kejadian perubahan iklim sebagaimana diproyeksikan oleh model-model iklim abad 21 mempunyai potensi secara signifikan mengubah kondisi produksi.

IPCC (2007) menjelaskan bahwa curah hujan rata-rata global meningkat 2% dalam 100 tahun terakhir. 

Hal ini menegaskan bahwa perubahan iklim mungkin terjadi. Terjadinya iklim ekstrim berdampak cukup besar terhadap tanaman semusim, terutama tanaman pangan. 

Salah satu unsur iklim yang dapat digunakan sebagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan.

Menurut dinamika hidrologi, hujan kebergantungannya cukup tinggi terhadap menjadi salah satu dari sumber air utama. kondisi cuaca adalah sektor pertanian. Hal Secara alami proses hujan dihasilkan dari ini selaras dengan beberapa penelitian yaitu sebuah proses kondensasi uap air di udara , bahwa petani yang berada yang nantinya akan menjadi awan. Pada didaerah kering akan mengalami suatu kondisi tertentu, awan tersebut akan kekeringan yang berpeluang gagal panen. menghasilkan hujan. Hujan sangat Begitupun sebaliknya, petani yang berada bergantung kepada kondisi  cuaca yang di daerah basah akan mengalami banjir dan terjadi. 

Kondisi cuaca juga berpeluang mengalami gagal panen. memiliki peran yang sangat penting di Kegagalan panen yang terjadi berbagai sektor kehidupan.

Salah satu sektor mengindikasikan adanya penurunan produktivitas  hasil pertanian. Petani yang mengalami penurunan hasil, cenderung memiliki akan mengambil langkah untuk mengubah pola tanam dan menggeser waktu tanam sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim.

Perubahan  kondisi cuaca yang sekarang ini dirasakan cukup ekstrim, kondisi ini mengakibatkan peningkatan intensitas curah  hujan.

Peningkatan intensitas curah hujan yang ekstrim dapat mengakibatkan situasi yang cukup buruk diantaranya yang paling sering adalah banjir. Tidak hanya banjir, beberapa kondisi yang berpeluang besar muncul adalah badai angin, gelombang Tsunami dan banyak lagi dampak negatif yang dapat ditimbulkan. 

Dari ilustrasi tersebut dapat dikatakan juga bahwa dampak kondisi curah hujan ekstrim yang terjadi pada sektor pertanian  dapat mengakibatkan kegagalan. Kegagalan panen yang terjadi secara global dapat berdampak pada penurunan produktifitas maupun  kualitas produksi di sektor pertanian.

Sedangkan kita pahami bersama bahwa sektor pertanian merupakan salah satu dari tiga sektor utama dalam peningkatan pembangunan bangsa. Beberapa bentuk pencegahan kegagalan panen yang dikaitkan terhadap intensitas curah hujan  antara  lain   melalui,   pergeseran   masa   tanam  dengan melihat pola curah hujan bulanan. 

Selain  dari pergeseran masa tanam,  dilakukan  penanaman  serentak  agar  ada  masa  jeda yang  sama  sehingga  organisme pengganggu tanaman  dapat  mati  secara  tuntas  pada  satu  waktu tertentu. Sesuai dengan salah satu target SDG’S bahwa pada tahun 2030, diharapkan akan mengakhiri kelaparan dan memastikan adanya akses bagi seluruh rakyat, khususnya mereka yang miskin dan berada dalam situasi rentan, termasuk bayi, terhadap pangan yang aman, bernutrisi dan berkecukupan sepanjang tahun.

Hal tersebut perlu didukung oleh berbagai aspek yang terlibat. Salah satunya adalah factor curah hujan (iklim) agar ketersediaan pangan dapat terjamin. 

Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab adanya bencana  meterologis di berbagai belahan dunia. Indonesia merasakan dampak akibat perubahan iklim yang ditunjukkan musim penghujan dan kemarau yang tidak menentu. 

Hal ini berdampak pada keberlangsungan hidup manusia salah satunya mengenai ketahanan pangan. Kondisi ini membuat pemerintah harus melakukan antisipasi dini agar cuaca buruk tidak mengancam komoditas pertanian.

Meskipun banjir belum terjadi di tanah air ini, tanda-tanda itu sudah ada. Sebab hasil pemantauan badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa saat ini badai tropis tengah menuju Indonesia (tropical cylone). "Badai inilah yang menyebabkan Thailand mengalami banjir besar," katanya. "Walau tak akan terjadi di tanah air,pemerintah perlu melakukan antisipasi sejak dini terhadap komoditas pertanian."

Produksi pertanian rakyat, dia melanjutkan, tidak hanya anjlok pada musim hujan saja. Melainkan pada musim kemarau. Misalnya pada saat musim kemarau, lahan mengalami kekeringan cukup parah. "Hal ini terjadi karena lemahnya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur pertanian," dia menjelaskan.

Karena itu, dia menambahkan, kondisi ini menjadi perhatian intensif. Sebelum musim hujan, sudah harus mengatur masa tanam, perbaikan infrastruktur pertanian dan normalisasi irigasi.

Sedangkan saat dan pasca musim hujan, perlu dilakukan penanggulangan secara optimal dan meminimalisir kerugian akibat banjir. "Ini yang perlu kita lakukan."

Dampak negatif yang ditimbulkan dari curah hujan tinggi atau curah hujan ekstrim bagi tanaman dan bidang pertanian yaitu.

(1) otensi kerusakan tanaman akibat terendam banjir karena curah hujan tinggi. Tanaman yang terendam banjir akan rusak karena akan mengurangi suplai oksigen dan karbondioksida sehingga mengganggu proses fotosintesis dan respirasi serta berpotensi menyebabkan tanaman menjadi busuk

(2) Lahan pertanian di wilayah pesisir potensial terdampak banjir.

(3) Adanya peningkatan kelembaban udara yang berpotensi memunculkan penyakit tanaman yang meningkatkan resiko gagal panen. Musim penghujan dengan curah hujan ekstrim disebabkan karena kelebihan air, di mana curah hujan tinggi tentunya akan menyebabkan kelembaban udara yang tinggi dan kondisi ini sangat mendukung populasi hama meningkat dan tingkat keparahan penyakit menjadi lebih tinggi. Musim hujan dengan curah hujan ekstrim seringkali menyulitkan petani karena Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) berkembang lebih banyak sehingga memperparah kerusakan tanaman.

Program skala nasional yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi dampak negatif dari curah hujan tinggi atau curah hujan ekstrim ini antara lain penggunaan teknologi biopori, pemanfaatan pompa air pada lokasi terdampak banjir, normalisasi saluran air, sarana pengaliran penampung air, dan asuransi usaha tani padi untuk antisipasi kerugian pada lahan terdampak banjir.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar