Provinsi Nusa tenggara barat memiliki jumlah penduduk sekitar 5,32 juta jiwa yang tersebar di daratan seluas 20,12 ribu km2. Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak maka tak heran jika Nusa Tenggara Barat memiliki masalah yang serius dengan sampah, terhitung data sampah yang di hasilkan pada tahun 2021 sebanyak 962,505 ton. Dari 2021 sampai dengan 2022 mengalami peningkatan jumlah sampah sebanyak 1,5 persen sehingga pada tahun 2022 jumlahnya mencapai 975,645 ton.
Menuju akhir jabatan pemerintah provinsi menimbulkan pertanyaan besar apakan masalah sampah dapat terselesaikan sesuai dengan targetan awal dari program zero waste 70% pengelolaan dan 30% pengurangan sampah.
Sebagaimana yang kita tahu Nusa Tenggara Barat memang sedang gencar gencarnya membangun pariwisata berkelanjuatan, sampai dengan tahap penyempurnaan kawasan ekonomi khusus, Yang tentu saja akan berdampak pada meningkatnya jumlah wisatawan, baik wisatawan lokal maupun asing, terlepas dari hal positif yang bisa didapatkan kita juga harus bersiap siap dengan masalah sampah yang kian hari terus bertambah, seolah-olah menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan bisa memberikan dampak buruk bagi negara.
Keseriusan pemerintah dalam menangani sampah melalui program zero waste memang harus di pertanyakan, mengingat selama 4 tahun berjalannya program unggulan ini masih sangat jauh dari target yang di rencanakan, bukannya mengalami pengurangan jumlah sampah justru peningkatan yang terus terjadi, jika ditarik dalam jumlah nilai rata-rata, NTB menghasilkan sampah sebanyak 2,673 ton sampah perhari. Selama 4 tahun terkahir pemerintah hanya mampu mengelola 1,9 juta dan menyisakan sekitar 2 juta ton sampah.
Memang pada dasarnya masalah sampah bukan saja menjadi beban dan tanggung jawab pemerintah melainkan menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk pemrakarsa industri dan masyarakat.
0 Komentar