𝓦𝓪𝓻𝓽𝓪𝗕𝗨𝗠𝗜𝗚𝗢𝗥𝗔,𝗬𝗢𝗚𝗬𝗔𝗞𝗔𝗥𝗧𝗔 - Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Dewe Yoben menggelar aksi teatrikal bertajuk 'Surat Cinta Kepada Penguasa dari Si Bisu untuk yang Dungu' di Bundaran UGM. Aksi yang digelar bertepatan peringatan Serangan Umum 1 Maret tersebut merupakan bentuk keprihatinan terhadap kondisi bangsa saat ini. Mereka mengkritik pemerintah dan kampus yang diam melihat kondisi demokrasi Indonesia saat ini.
Aksi diawali dengan aksi pantomim 'Surat Cinta Buat Penguasa (Dari Si Bisu Buat Si Dungu)'. Mereka juga membentangkan spanduk kritik yang ditujukan pada akademisi bertuliskan 'Kampus Jangan Diam, Rektor UGM Mana?', kemudian spanduk '6 Jam Di Jogja Mencari Rektor Pemberani'.
"Ya kita tahu hari ini 1 Maret tepat serangan umum dan kita melakukan sebuah bentuk aksi keprihatinan," kata koordinator aksi, Henry Gundul, (1/3/2024).
Henry bilang, dalam aksi itu mereka mencari 6 rektor dan ketua BEM pemberani menyuarakan kebenaran.
"Kita lihat dari proses-proses MK dari proses-proses apapun bisu, mana, sehingga kita mencari enam rektor pemberani enam BEM pemberani untuk menyuarakan suara rakyat," ujarnya.
Berikut isi surat tersebut:
"Kutulis surat ini ketika kata-kata sudah kehilangan makna.
Kepada kalian para penguasa yang berdasi tapi tak bernurani, yang perlente tapi memburu rente, dengarlah suara kami.
Kalian yang menyebut diri sebagai pemimpin rakyat, nyatanya kau diam saat kami sekarat.
Kalian yang menyebut diri sebagai pejuang demokrasi, nyatanya kau justru sibuk mencari keuntungan diri.
Masihkah kalian tertawa di tengah nyanyian sumbang kami Masihkah kalian berdansa di atas panggung penderitaan kami?
Wahai Rakyat yang tertindas, buruh dan tukang becak, seniman dan kaum cerdik pandai, jika kalian diam pada siapa kami mengadu. Jangan biarkan kami menjadi suara bisu yang membeku.
Ketika demokrasi dihancurkan, maka diam bukanlah
0 Komentar