𝓦𝓪𝓻𝓽𝓪𝗕𝗨𝗠𝗜𝗚𝗢𝗥𝗔.𝗜𝗗|𝗬𝗢𝗚𝗬𝗔𝗞𝗔𝗥𝗧𝗔 - Maulid Nabi merupakan sebuah perayaan penting bagi seluruh umat Islam. Maulid Nabi menjadi momentum hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW diyakini umat Islam ada di bulan ketiga dalam penanggalan kalender komariah, yani bulan Rabiul Awal. Tepatnya, Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Jika diselaraskan dengan Kalender Masehi, maka tanggal 12 Rabiul Awal sama dengan tanggal 16 September.
Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri telah menetapkan bahwa tanggal 16 September 2024 termasuk tanggal merah dan libur nasional memperingati Maulid Nabi 1446 Hijriah.
Pada momentum tersebut, umat Muslim biasanya akan menggelar sebuah rangkaian kegiatan mulai dari sholawat bersama, festival Maulid, dan lainnya.
Kraton Yogyakarta kembali menggelar serangkaian prosesi Grebeg Mulud mulai Miyos Gangsa, Numplak Wajik, Kondur Gangsa, hingga Grebeg Mulud memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Prosesi Miyos Gangsa diawali dengan tradisi menyebar udhik-udhik berupa uang logam di Bangsal Pancaniti Kompleks Keraton Yogyakarta pada Senin malam (09/09/2024).
Prosesi udhik-udhik adalah momen paling ditunggu-tunggu masyarakat karena berkesempatan mendapatkan uang logam sebagai wujud atau simbol sedekah dari raja untuk rakyat. Selain uang logam yang melambangkan rejeki, Udhi-udhik yang dibagikan terdiri dari beras kunyit melambangkan kesejahteraan, dan bunga melambangkan panjatan doa. Pada prosesi ini, lima putri Raja Keraton Yogyakarta yaitu GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu dan GKR Bendara yang bertugas menyebarkan uang logam nominal lima ratus rupiah. Turut hadir aalah satu menantu Sri Sultan, KPH Purbodiningrat.
Tepat pukul sebelas malam, kedua perangkat gamelan sekati dikeluarkan dari Keraton Yogyakarta dikawal prajurit atau bregada menuju Masjid Gedhe. Kanjeng Kiai Gunturmadu dikawal oleh Bregada Prawiratama sedang Kanjeng Kiai Nagawilaga dikawal oleh Bregada Jagakarya. Prosesi inilah yang dikenal dengan Miyos Gangsa serta merupakan awal tanda berlangsungnya sekaten.
Kedua gamelan pusaka milik kraton ini selanjutnya ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe dan ditabuh selama satu minggu, kecuali Kamis malam sampai Jumat siang. Rentang waktu Miyos Gangsa sampai Kondur Gangsa itulah yang disebut Sekaten. Selama Sekaten, Kawedanan Pengulon menggelar pengajian selepas asar dan isya di Masjid Gedhe yang terbuka bagi masyarakat umum.
Selain pembagian udhik-udhik pada prosesi Miyos Gangsa, prosesi serupa pun akan dilakukan pada pelaksanaan Kondur Gangsa. Namun istimewanya dalam prosesi tersebut, Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X yang akan menyebarkan langsung udhik-udhik di halaman Masjid Gedhe pada Minggu malam (15/09/2024). Sama seperti pada pelaksanaan Miyos Gangsa, prosesi ini juga terbuka dan dapat diikuti masyarakat umum.
0 Komentar