WARTABUMIGORA.ID|JAKARTA - Coretan dinding merupakan bentuk ekspresi sebagian masyarakat yang menilai isu-isu terkini terkait kebijakannya saat memimpin berkontribusi besar dalam kondisi korupsi yang menjadi permasalahan besar.
Beberapa hari ini jagad maya di hebohkan dengan aksi vandalisme yang berisi tuntutan kepada mantan Presiden Jokowi untuk diadili semakin marak.
Dari pantauan ada pada beberapa kota di wilayah Indonesia diantaranya Jakarta, Medan, Solo, Bandung terakhir Yogya.
Di Jakarta diketahui ada pada beberapa titik. Coretan bertuliskan "Adili Jokowi" pun bermunculan di sejumlah lokasi Kota Solo. Belum diketahui siapa yang membuat coretan tersebut. Tulisan itu antara lain ada di pinggir Jl. Profesor. Dr. Soeharso, Jl Moh Husni Thamrin, dan Jl Samratulangi. Lokasi coretan itu relatif jauh dari permukiman penduduk.
Di Yogya terdapat 15 titik, antara lain di pagar Stadion Mandala Krida, Halte Trans Jogja di Jalan Sultan Agung, Jembatan Layang Lempuyangan, Simpang Empat Jetis, Stasiun Lempuyangan hingga Puro Pakualaman.
Selain di Jakarta, coretan dinding bertuliskan “Adili Jokowi” juga merambah di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Coretan-coretan itu dapat dijumpai jalan Jamin Ginting, Jalan Ngumban Surbakti, Jalan Setia Budi, Jalan Wiliam Iskandar, Jalan Sutrisno dan sejumlah kawasan lainya di Medan.
Di Kabupaten Malang, tulisan 'Adili Jokowi' salah satunya terlihat di Tugu Perbatasan Masuk Kota Kepanjen, tepatnya di Jalan Raya Mojosari, Dusun Dawuhan, Desa Jatirejoyoso, Kecamatan Kepanjen. Bahkan ada yang dikantor partai Di antaranya di Kantor DPC PPP di Jalan KH Agus Salim, Kelurahan Talangagung, Kecamatan Kepanjen.
Kemudian, di Kantor DPD NasDem Jalan Raya Sukoharjo, Dusun Blobo, Desa Sukoharjo, Kecamatan Kepanjen.
Di Surabaya, tulisan serupa terlihat di Jalan Raya Jemursari, tepatnya sebelum arah Plaza Marina.
Pendapat pelaku seni dan komunitas mural
Dodot asmoro salah satu pelaku seni mural dari IKJ mengatakan hal itu bisa dimaknai sebagai mural atau biasanya disebut grafiti merupakan ekspresi dan hak berpendapat setiap warga negara atau kritikan terhadap kekuasaan.
Mengenai grafiti "Adili Jokowi" tersebut, Dodot menilai hal itu biasa di negara demokrasi, "Sedikit membedah antara Mural, Grafiti maupun coretan dinding masing- masing mempunyai karakteristik sendiri, melihat dari sisi artistik dan estetikanya. Bahkan ada kecenderungan usia." Ujarnya.
"Kalau Mural atau grafiti lebih mengedepankan sisi artistik selain pesan, tapi kalau coretan dinding ini lebih mengutamakan kekuatan pesan yang dituliskan agar dapat menjadi perhatian bagi masyarakat dan cenderung pelakunya mempunyai sense of crisis yang kuat terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Namun pada dasarnya semua seni lukis tembok mempunyai tujuan yang sama, mengekspresikan dan menggugah rasa di diri mereka dan masyarakat." Ulas Dodot.
0 Komentar