WARTABUMIGORA.ID|LOMBOK UTARA,-Kasus bunuh diri RW seorang ASN yang diduga mencuri HP di salah satu retai Alfamart di Kecamatan Kayangan, belum diterima oleh keluarga yang bersangkutan. Kasus bunuh diri yang diduga menjadi latar belakang penyerangan Polsek Kayangan Lombok Utara oleh massa tersebut, menyisakan tanda tanya, seperti apa dua kasus berbeda ini saling berkaitan.
Menurut Nasruddin, ayah RW, ia menduga anaknya melakukan aksi bunuh diri lantaran tertekan oleh kasus dugaan pencurian yang dialaminya. Nasruddin mengakui persoalan dugaan pencurian tersebut telah diselesaikan bahkan ada perjanjian damai yang ditandatangani kedua pihak dan bermaterai. Namun, menurut Nasruddin ada oknum aparat yang kemudian menekan dan menakut-nakuti anaknya (almarhum RW) dengan ancaman dipidana 7 tahun serta denda sejumlah Rp 90 juta.
"Anak kami tidak bunuh diri, tapi dibunuh mentalnya oleh oknum aparat itu,"kata Nasruddin.
"Kami telah menyelesaikan persoalan dugaan pencurian itu, kami sudah sepakat damai dengan pemilik HP. Bahkan, kami memberikan uang sejumlah Rp 2 juta untuk perdamaian itu," tambahnya.
Ia melanjutkan, meski perjanjian damai dan uang "damai" tersebut sudah dibayarkan, salah satu oknum aparat dari polsek tersebut diduga terus menekan RW, dengan mengatakan laporan kasus dugaan pencurian yang dilakukan RW telah sampai di kejaksaan. Menurut Nasruddin, RW sempat menceritakan kepadanya pertama-tama RW diminta mengeluarkan uang sejumlah Rp 15 juta kemudian menjadi Rp 90 juta atau dipenjara selama tujuh tahun.
"Saya pikir ini yang mengakibatkan anak saya bunuh diri, karena depresi dengan tekanan oleh oknum aparat ini. Almarhum sering dihubungi lewat telpon," kata Nasruddin.
Terkait kronologi dugaan pencurian, Nasruddin menceritakan dengan cukup detil. Pada hari itu RW sepertinya tidak fokus, karena terburu-buru harus menjual es. Kebetulan ada HP yang mirip dengan HP milik RW di bagian depan meja kasir, secara spontan RW memasukkan HP tersebut ke dalam tasnya (karena dipikir itu HP miliknya). Beberapa saat kemudian, HP tersebut berdering, dan diangkatlah oleh RW saat itulah RW tahu bahwa itu bukan HP miliknya. Akhirnya bersama pemilik melalui telpon itu, RW sepakat untuk mengembalikan HP tersebut keesokan harinya. Beberapa menit setelah ia bertemu dengan pemilik dan langsung mengembalikan HP tersebut datanglah aparat kepolisian dan mengamankan RW.
"Seperti orang yang sedang menangkap OTT," ucap Nasruddin.
Setelah itu, lanjut Nasruddin, RW dibawa ke kantor Polsek Kayangan dan sempat diinapkan selama satu malam. Akhirnya RW dan pemilik HP dibuatkan perjanjian damai pada sebuah mediasi, mereka sepakat untuk berdamai, dengan menandatangani surat damai dan memberikan uang damai.
Nasruddin bercerita, anaknya sempat disuruh mengaku oleh oknum tersebut. Akhirnya muncul pernyataan dari RW "lebih baik saya mati atau dipenjara seumur hidup, daripada saya harus mengakui hal yang tidak saya lakukan,"kata Nasruddin menceritakan ungkapan RW.
"Seperti yang dia (RW) katakan, dia lebih baik mati, dan benar ia meninggal,"kata Nasruddin.
Ia menceritakan, RW adalah sosok pemuda baik yang menjadi tulang punggung keluarga.
Semasa hidupnya, RW merupakan seorang pemuda yang gigih dan berprestasi, semasa lulus SMA ia menjadi TKI untuk mencari biaya kuliah, akhirnya mendapatkan beasiswa di salah satu kampus di Malang, Jawa Timur. Pada 2023 lalu, ia lulus menjadi ASN PPPK menjadi staf teknis di Dinas PUPR KLU. Tak sampai di sana, menopang beban hidup keluarga RW juga berjualan es keliling setelah pulang dari kantornya. Ia juga dikenal sebagai pemuda yang taat beribadah.
Tak ayal, pihak keluarga merasa begitu terpukul dengan cara meninggal RW yang dianggap tidak wajar. Kini, Nasruddin dan pihak keluarga berharap agar oknum aparat yang diduga menekan mental anaknya diberhentikan dari instansi Kepolisian, begitu juga dengan pelaku yang memviralkan video isi CCTV di retail Alfamart tersebut agar dapat ditindak.
"Harapan kami, kami bisa mendapatkan keadilan, oknum aparat yang kami duga menekan anak kami hingga depresi diberhentikan dari Kepolisian, lalu yang viralin video itu ditangkap,"tegas Nasruddin.
Menanggapi hal tersebut, Kapolda NTB Irjen Hadi Gunawan menyatakan, terkait pengerusakan di kantor Polsek Kayangan pihaknya sedang melakukan penyelidikan.
"Masih diselidiki, pemicu yang sebenarnya," katanya.
Sementara itu Kapolres Lotara AKBP Agus Purwanta, menampik adanya penekanan yang diduga dilakukan oknum aparat tersebut. Kapolres Lotara tersebut mengatakan tidak ada hal seperti itu, pihak Polsek Kayangan tidak melakukan penahanan jadi tidak mungkin melakukan penekanan.
"Tidak ada itu, kita tidak melakukan penahanan jadi bagaimana mau ditekan, logikanya seperti itu,"terangnya.
0 Komentar