WARTABUMIGORA.ID| MATARAM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto mengingatkan potensi gempa bumi dengan magnitudo 8,0 di Nusa Tenggara Barat (NTB). Ini akibat wilayah itu di apit dua lempeng bumi.
"Karena gempa bumi dan tsunami secara ilmiah, belum bisa diprediksi terjadi. Untuk itu, kebencanaan adalah urusan bersama, bukan hanya BNPB," katanya di Mataram, NTB, Sabtu (26/4/2025).
Dengan adanya potensi gempa magnitudo 8,0 tersebut dirinya mengingatkan bagaimana pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana seperti itu. Karenanya, dalam peringatan HKB tahun ini, pihaknya mengajak masyarakat untuk melakukan simulasi evakuasi mandiri.
Termasuk mengatur rencana tanggap darurat keluarga, mengenali risiko bencana di sekitar dan memperkuat jejaring komunitas tangguh bencana. Selain itu, ada pula rancangan undang-undang tentang kebencanaan yang lebih peduli kepada pendekatan sistem dan proses yang dalam manajemen penanganan bencana diatur.
Mulai dari pencegahan, mitigasi, siaga darurat, tanggap darurat transisi darurat, sampai tahap rekonstruksi dan rehabilitasi. Ini menjadi suatu sistem yang berjalan terkoordinasi dari pusat sampai ke daerah.
Regulasinya diatur pada UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang ada sekarang. "Kelembagaan yang dimaksud adalah BNPB yang memiliki otoritas dari pusat hingga daerah dengan berdirinya BNPBD di daerah," katanya.
Sementara itu, Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengakui bahwa wilayahnya memiliki banyak potensi dan kekayaan. Sehingga kesiapsiagaan dan perlindungan masyarakat harus terus ditingkatkan.
"NTB harus memiliki rencana kontinjensi yang matang, untuk berbagai skenario kebencanaan," ujarnya. "Mudah-mudahan ikhtiar kita betul-betul bisa memberikan kesiapsiagaan yang level tinggi kepada masyarakat kita di Indonesia," katanya lagi.
0 Komentar